Banten – Pernyataan politikus Gerindra Habiburokhman yang menyebut ‘Mudik tahun ini seperti neraka’ nampaknya berbuntut panjang. Usai dilaporkan seorang mahasiswa bernama Danick Danoko ke Polda Metro Jaya kini giliran aktivis 98 tergabung dalam Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) juga ikutan melaporkan ke Mapolda Banten.
“Kita sudah melaporkan masalah ini ke Polda Banten untuk melaporkan Habiburokhman,” tegas Sekjen Jari 98 Ferry Supriyadi, hari ini.
Menurut Ferry yang datang bersama aktivis 98 lainnya, pernyataan Ketua Bidang Advokasi dan Hukum DPP Gerindra soal kemacetan di Pelabuhan Merak Banten pada 13 Juni 2018 dituding telah mengada-ngada karena tidak sesuai fakta lapangan. Laporan Ferry tertuang dengan nomor laporan TBL/193/VI/RES.2.5/2018/Banten/SPKT I tertanggal 21 Juni 2018. Perkara yang dilaporkan adalah diduga telah terjadi tindak pidaja menyebarkan berita bohong mengenai kemacetan yang terjadi di Pelabuhan Merak pada H-2 mudik Lebaran 2018 sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) atau (2) atau 15 UU RI No. 1 Tahun 1946. Pihaknya pun mengaku menyertakan barang bukti atas laporan tersebut.
“Pada H-2 lebaran, sepengamatan saya situasi kendaraan di Pelabuhan Merak tergolong ramai namun lancar tidak seperti yang diberitakan Sdr Habiburokhman yang menjadi Headline di detik.com yang berjudul ‘Politikus Gerindra: Mudik Tahun Ini Seperti Neraka’,” tutur Ferry.
“Atas kejadian tersebut, saya merasa dirugikan karena pemberitahuan tersebut tidak sesuai dengan apa yang dilapangan dan kami laporkan kejadian ini ke SPKT Polda Banten,” sambungnya.
Lebih lanjut, Ferry menyayangkan pernyataan Habiburokhman yang merupakan publik figur justru tidak menjaga ucapannya malahan menyesatkan publik. Harusnya, kata Ferry, Habiburokhman bisa memberikan trust / kepercayaan kepada publik.
“Gara-gara ulahnya Partai Gerindra lama-lama bisa terdegradasi karena kepercayaan rakyat berpindah haluan. Ini sangat disayangkan sekali, harusnya dia (Habiburokhman) bisa menjaga diri untuk tidak melakukan kebohongan publik,” jelasnya.
“Lama-lama muncul krisis kepercayaan terhadap Gerindra, dan kehilangan wibawanya,” pungkasnya.