JAKARTA – Reuni 212 yang sebentar lagi akan digelar disebut-sebut memiliki agenda politik menuju 2019. Ditambah lagi dengan arah gerakan PA 212 semakin menunjukkan tidak murni lagi untuk membela agama tapi justru lebih ke arah kepentingan politik memenangkan salah satu Capres.
Mantan pentolan 212 pun angkat suara dengan membeberkan alasannya bahwa reuni 212 terkena virus politik.
Salah satunya adalah Kapitra Ampera yang merupakan mantan Kuasa Hukum Habib Rizieq Shihab. Dia mengatakan reuni 212 sudah disusupi kepentingan politik. Bahkan, Kapitra menyebut reuni 212 bentuk penistaan agama.
“Ini jelas waktunya konstalasi politik, jadi ini bungkusan politik yang dominan, agama di bawa ke kegiatan politik ini penistaan agama sesungguhnya ya,” kata Kapitra, hari ini.
Kapitra memprediksi, reuni 212 akan menimbulkan resistensi dari masyarakat. Alasan pertama, reuni 212 saat ini sudah berbeda konteks. Di mana saat aksi 212 lalu, massa jelas membela agama.
“Kedua konteks timing tidak tepat karena ini masa kampanye politik,” terang Kapitra.
Sehingga, masyarakat akan mengaitkan seolah-olah reuni 212 itu milik kelompok capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. “Padahal mereka tidak punya track record membela Islam. Kenapa tiba-tiba dukungan ke sana, sudah keluar konteks lalu mendukung mereka itu resistensi dari masyarakat,” tukasnya.
Alasan lainnya, kata Kapitra, masyarakat sudah jengah dengan kegaduhan politik. Sehingga muncul resistensi itu. Menurutnya, bisa saja reuni itu dimanfaatkan pihak ketiga untuk menciptakan kegaduhan dengan cara sabotase, menyebar hoaks dan berita fitnah.
“Ini kan masa kampanye, gampang gaduh. Dan banyak orang yang mengincar indonesia turbulensi politik sehingga mereka bisa menguasai, menjadi alasan masuk ke dalam Indonesia,” tutur dia.
Kapitra menuturkan bahwa Rasulullah SAW tak pernah merayakan kemenangan dan kekalahan perang setiap tahun. Tapi mirisnya saat ini justru orang-orang merayakan hari kejahatan orang lain yang telah diganjar hukuman.
“Padahal Islam penuh maaf dan kasih sayang. Tidak ada dendam, amarah dan keberingasan atau cara seperti ini di dalam Islam.” pungkasnya.
Sementara itu, mantan Penasehat PA 212 membuat heboh yang memilih mundur dari PA 212. Dia menilai cita-cita PA 212 kian melenceng dari cita-cita awal untuk mempersatukan dan menjalin ukhuwah Islamiyah di kalangan umat Islam Indonesia.
Kata Usamah, selama tiga bulan terakhir, terutama memasuki tahapan Pileg dan Pilpres 2019, ia menilai arah perjuangan PA 212 tidak murni lagi sesuai dengan yang tercantum di poin pertama.
“Sebaliknya lebih banyak mengarah pada tim sukses salah satu calon Presiden, sehingga saya pribadi memutuskan lebih baik mengundurkan diri dari keanggotaan penasehat,” tambah dia.
Mantan Pengacara Habib Rizieq Razman Arif Nasution ini mengecam jika reuni aksi 212 yang digelar 2 Desember mendatang itu diisi kegiatan politik.
“Kami minta agar acara yang digelar itu murni untuk urusan silaturahim, jangan belokkan ke urusan politik,” kata Razman.
Razman melanjutkan akan jadi tidak baik bila kegiatan tersebut mengandung unsur politik dan mengarah pada dukungan untuk salah satu pasangan calon di Pilpres 2019 nanti.
“Karena kita ini negara berdemokrasi, berikan ruang untuk memilih dan jangan bawa agama untuk kepentingan politik karena itu tidak baik,” pungkas dia.