Jakarta – Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Jayabaya (MAPALAYA) yang memiliki berbagai macam divisi di antaranya gunung hutan, arung jeram, susur goa, panjat tebing dan beberapa lainnya memiliki perhatian tersendiri yakni kepedulian sosial.
Hal ini berbeda dengan mahasiswa pecinta alam lainnya, mereka justru membuat kegiatan positif untuk alam maupun manusia. Seperti penanaman pohon, bersih-bersih gunung, sungai hingga blusukan terjun ke daerah terkena bencana.
‘Kita sebagai generasi muda hari ini minimal harus sedikit paham mengenai SAR (Search and Rescue).
Generasi muda perlu memiliki kepekaan serta jiwa solidaritas yang tinggi ketika sebuah musibah menimpa kelompok masyarakat lainnya,” tegas Ketua Bidang Koordinator Eksternal IKA Mapalaya Tanggon NM, dalam pesan rilisnya hari ini.
Lebih lanjut, Tanggon berpesan kepada generasi muda agar menumbuhkan semangat yang tinggi serta ilmu pengetahuan terkait penanggulangan bencana. Kata dia, bencana alam bisa menimpa siapapun dan di tempat manapun, namun kesiapan bersama sebagai orang mahluk sosial harus memiliki pengetahuan dalam tanggap bencana.
“Ini menjadi mutlak dibutuhkan keberadaannya,” ujar Tanggon.
Dia menyebutkan bahwa pelatihan SAR yang mereja lakukan kali ini adalah fokus pada SAR air. Kegiatan ini dilakukan di sungai Citarik Sukabumi dan materi pelatihan dasar.
“Acara ini dilanjutkan dengan kegiatan fun rafting. Kegitan ini kami lakukan 2 hari mulai dari tanggal 30 Juni hingga 1 Juli (Sabtu dan Minggu),” kata dia.
Dikatakannya, kejadian bencana banjir merupakan kejadian bencana yang rutin melanda Jakarta. Bencana banjir bukan hanya di Jakarta saja banyak juga terjadi di tempat-tempat lainnya. Dan maksud untuk mengadakan pelatihan SAR air ini guna memberikan keterampilan pertolongan dan penyelamatan di air.
“Bagi generasi muda/milenial agar bisa mendapatkan bekal pengetahuan dan keterampilan tingkat dasar dalam hal keselamatan dan teknik pertolongan di air,” jelasnya.
Selain itu, tambah Tanggon, pihaknya juga memberikan kesadaran terkait pentingnya antisipasi terhadap bencana alam, membentuk generasi muda yang memiliki kepedulian dan kesetiakawanan sosial terkait dengan kegiatan penanggulangan bencana, serta memberikan alternatif kegiatan bagi kami generasi muda, yang menarik dan menantang di alam terbuka.
“Kami juga masih belajar dalam hal SAR, ya minimal kita sebagai generasi muda bisa ambil peran apabila ada terjadi bencana di sekitar kita,” terangnya.
Dia menambahkan banyak lagi kedepanya kegiatan yang akan mereka lakukan, seperti bersih-bersih sungai Ciliwung, Citarum. Belakangan ini sungai Citarum masuk deretan sungai terkotor di dunia. Sungai sepanjang 269 kilometer ini tercemar limbah pabrik dan sampah rumah tangga hingga sedimentasi dan erosi merupakan masalah utama yang menggerogoti kualitas air dan alirannya.
“Air yang tercemar sungguh membahayakan. Citarum juga termasuk menjadi perhatian kami di mapalaya yang harus kita bersihkan dan lestarikan,” seburnya.
“Semoga kedepannya kami bisa ambil peranan dalam membenahi kawasan hutan Citarum dan juga membenahi kawasan hulu Citarum. Dalam membenahi citarum di perlukan peran dari berbagai element masyarakat. Sangat diperlukan juga peran generasi muda dalam membenahi citarum agar citarum kembali lestari,” tukasnya.