Jakarta – Aliansi Rakyat Bersatu (ARB) meminta masyarakat untuk tidak panik dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Karena, kata Ketua ARB Syarifuddin, krisis nilai tukar ini masih jauh dari bencana ekonomi dan moneter pada 1998 lalu.
“Masyarakat tak perlu panik, ini bukan pelemahan rupiah di tahun 1998. Jangan ada yang politisir nakut-nakuti karena ini beda sekali dengan krismon 98,” ungkap Syarifuddin saat diskusi publik “Awas Penumpang Gelap Bikin Gaduh Pilpres 2019” di Omah Kopi 45 Komplek Gedung Joeang 45 Menteng Raya Jakarta Pusat, Jumat (28/9/2018).
Lebih lanjut, Syarifuddin mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk tidak terpengaruh dengan politisasi pelemahan rupiah tersebut. Dia pun menghimbau agar publik ringan tangan mengeluarkan simpanan dollar Amerika untuk membantu penguatan nilai tukar rupiah.
“Mari dukung kebijakan pemerintahan Jokowi – JK agar nilai tukar rupiah kembali menguat dan stop mempolitisir dengan membuat gaduh suasana. Kami tekankan lagi bahwa situasi ini masih sangat jauh dari krisis mata uang ke krisis finansial. Apalagi merembet ke krisis ekonomi seperti 1998,” ungkap dia.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga menghimbau kepada rakyat untuk turut andil dalam menyukseskan agenda Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Yakni dengan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di seluruh Indonesia.
“ARB siap menjadi ujung tombak untuk menyampaikan kebenaran kepada masyarakat demi menjaga kamtibmas agar kontestasi politik bisa berjalan aman tertib, lancar, demokratis tanpa menimbulkan kegaduhan, mengorbankan keberagaman, dan kebhinnekaan NKRI,” jelasnya.
Sementara itu, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Razman Nasution pun menyayangkan kubu lawan Jokowi yang mengaungkan isu tersebut demi melemahkan calon petahana.
“Ini gak ada masalah, dan justru cuma digaung-gaungkan saja, seolah-olah semua mahal. Isu ini yang akan ditanam untuk melemahkan Jokowi,” tutur Razman.
Jubir Jokowi ini juga menyarankan kelompok anti Jolowi ini berkaca dari Turki dan dia memastikan pelemahan Rupiah yang hampir tembus ke angka Rp 15.000 ini tidak berujung pada krisis moneter 1998.
“Ada opini publik dibalik-balik. Ini beda dengan dulu dan dulu ada akumulasinya. Persoalan krismon itu ada pemicunya dan sekarang Rp 15 ribu juga tidak ada masalah. Marilah kita bertarung secara martabat, ini harus dibangun,” jelasnya.
Ditempat yang sama, mantan politisi Demokrat Ruhut Sitompul menyakini rakyat Indonesia sudah semakin cerdas dengan isu pelemahan rupiah yang digoreng ini.
“Jelas sangat berbeda dengan situasi krismon 98. Beda jauh lah. Rakyat sudah semakin cerdas,” pungkasnya.