Jakarta – Menjelang batas waktu pendaftaran Capres-Cawapres pada Pilpres 2019, dinamika politik semakin menarik dan panas. Petahana yang sudah dipastikan maju kembali dengan dukungan partai yang kuat masih menimang-nimang cawapres.
Sementara kubu oposisi masih berkutat dengan siapa capres dan cawapresnya meskipun Prabowo Subianto sudah mendeklarasikan diri untuk maju sebagai lawan dari petahana.
“Meskipun ada beberapa calon alternatif seperti Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo, namun Prabowo Subianto tetap menjadi capres pihak oposisi yang paling kuat,” tegas salah satu peneliti IPI Muhammad Ibas, Sabtu (28/7/2018).
Apalagi, kata Ibas, hampir 600 ulama 212 memberikan panggung kepada Prabowo saat acara pembukaan ijtima ulama dengan pembahasan siapa figur capres yang dianggap layak untuk melawan Jokowi, di Hotel Menara Peninsula, Jakarta.
Bahkan bos parpol PKS Sohibul Iman yang hadir di acara itu pun juga memuji Prabowo sebagai sosok nasionalis yang memiliki pemahaman baik tentang peran Islam.
“Jadi sangat pantas jika Prabowo diminta untuk maju dari pada menjadi King Maker. Prabowo mempunyai basis massa yang cukup kuat dan militan. Sementara Anies dan Gatot tidak punya partai, saya prediksi dukungan parpol pun sedikit,” ujar Ibas.
Dia berpesan agar Prabowo tetap fokus untuk maju dalam Pilpres 2019. Koalisi pendukung oposisi harus bersepakat untuk tetap mendukung Prabowo dan segera menentukan cawapres yang layak tanding. Suara-suara yang melemahkan Prabowo, sebaiknya diabaikan, meskipun suara tersebut bisa saja muncul dari sesama oposisi dengan motiv untuk merebut peluang Capres dari Prabowo.
“Anies dan Gatot diperkirakan mempunyai tingkat eleltabilitas yang rendah. Selain itu kinerja Anies di DKI yang jauh dibawah harapan masyarakat akan menjadi faktor pendorong adanya resistensi dari masyarakat,” bebernya.
Selain itu, Ibas menyebut Gatot Nurmantyo juga mempunyai elektabilitas yang jeblok pasca pensiun dan tidak menjabat lagi sebagai Panglima TNI. Faktor lain yang membuat elektabilitas Gatot sangat rendah adalah Gator tidak mempunyai mesih partai.
“Pilihan terbaik sebagai capres untuk menantang petahana adalah Prabowo Subianto. Nama-nama lain diperkirakan hanya akan sekedar bertanding tanpa ada peluang menang. Prabowo jangan sampai tidak maju dalam Pilpres 2019 jika ingin melihat demokrasi Indonesia yang semakin matang dan berkualitas. Semoga koalisi keummatan yang digagas GNPF Ulama dan PA 212 sebagai motor aksi 411 dan 212 memberikan rekomendasi mandat kepada Prabowo sebagai pilihan Capres 2019,” pungkasnya.