JAKARTA – Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto menilai rencana aksi mahasiswa 21 April bisa saja terulang seperti aksi 11 April.
Karena, kata Pengamat Politik ini, kondisi lapangan yang kurang kondusif pada aksi 11 April mengakibatkan terjadi insiden pemukulan terhadap Ade Armando yang tentunya menjadi negatif terhadap aksi yang diusung oleh mahasiswa.
“Tentunya jika aksi mahasiswa tidak ingin ditunggangi oleh kelompok aksi yang tidak terkontrol perlu manajemen dan perangkat aksi yang terkoordinir,” tegas Hari Purwanto, hari ini.
Menurutnya, peluang akan ada penunggang gelap sudah pasti karena tidak mungkin aksi mahasiswa tidak disusupi baik oleh alumni almamater dan diluar almamater yang memiliki komunikasi langsung dengan mahasiswa.
“Tentunya mahasiswa saat ini harus cerdas dalam memainkan isu, tuntutan dan lokasi aksi. Tidak seperti aksi 11 April dan terlihat sekali ada yang menunggangi aksi tersebut,” jelas Hari Purwanto lagi.
Terkait rencana kongres rakyat BEM UI 18 April, Hari Purwanto menjawabnya dengan diplomatis. Kata dia, dalam era demokrasi saat ini soal rencana kongres rakyat BEM UI 18 April silahkan saja berlangsung. Mudah-mudahan bisa memberikan rekomendasi terbaik untuk pemerintahan saat jika dianggap belum sukses dalam memprioritaskan dan mewujudkan dari janji kampanye.
“Namun perlu diingat bahwa pasca pandemi covid-19 kita perlu konsolidasi kuat baik pemerintah, publik maupun oposisi,” bebernya.
Karena, kata dia, dampak covid-19 perlu penguatan poleksosbudhankam karena banyak negara luar yang akan bersorak sorai jika dalam negeri Indonesia gonjang ganjing. Namun sama-sama kita pahami bahwa kepemimpinan dari unsur sipil selalu diganggu dari era Sukarno.
“Untuk menjadi pemantik terjadinya reshuffle kabinet bisa saja karena dari aksi ini jika Presiden Jokowi mengambil langkah reshuffle kabinet terhadap menteri-menteri yang bermain liar dan tidak taat komando serta menteri tersebut diamini oleh publik masuk layak direshuffle, dan Presiden Jokowi mengeksekusi harapan publik maka Presiden akan makin dicintai oleh publik,” papar Hari.
Dia memprediksi keterlibatan diluar elemen mahasiswa bisa saja terjadi dan tentunya itu dimobilisasi oleh kelompok yang sangat antipati terhadap pemerintahan saat ini. Mahasiswa dan Non mahasiswa akan berbeda tuntutannya.
“Disinilah dibutuhkan kecerdasan mahasiswa untuk menjaga isu tuntutannya jangan sampai ditunggangi dan menjadi kuda troya oleh elit kelompok kepentingan,” katanya.
Dia melanjutkan ruang dialog dan diskusi bisa menjadi langkah awal dalam meningkatkan demokrasi yang semakin dewasa. Aksi bisa menjadi pilihan kedua jika ruang dialog dan diskusi tidak menemukan solusi.
“Mahasiswa akan turun dengan isu turunkan harga, tolak 3 periode dan tolak KKN sedangkan Non mahasiswa akan langsung menohok isu “Turunkan Jokowi”,” pungkasnya.