Paskah Bangkitkan Persatuan Hingga Konsolidasikan Demokrasi

Setelah melewati 40 hari berpuasa, umat kristiani khususnya katolik merayakan Paskah. Paskah adalah peristiwa kebangkitan Yesus Kristus yang secara historis melewati banyak tantangan.

Dalam perayaan Paskah, Yesus secara total mengorbankan diriNya demi mengampuni dan menebus dosa manusia. Melalui Paskah, umat manusia diajak untuk olah tobat sebagai laku spiritual melalui puasa dan kisah sengsara Yesus Kristus sebagai Putra Allah.

Bacaan Lainnya

Kita diajak untuk menguraikan laku tobat dalam tiga proses refleksi. Pertama, merenung yang berarti manusia masuk dalam pengalaman iman yang nyata. Kedua, berziarah yang berarti manusia diberi martabatnya untuk menempuh perjalanan hidupnya dengan apa yang diyakini dan diimani. Ketiga, merasa yang berarti sebagai makhluk sosial manusia harus punya sensitivitas humaniora kepada sesamanya.

Paskah menjadi momentum esensial untuk memaknai waktu, menambah inspirasi, dan merefleksikan sejarah iman Kristiani. KebangkitanNya memberi makna terdalam mengenai keterlibatan dan semangat mewujudkan solidaritas sosial bagi sesama.

Paskah adalah simbol solidaritas dari Allah bagi manusia melalui PutraNya. KeterlibatanNya untuk memuliakan martabat manusia dengan pengorbanan yang total. Pesan ini sangat kontekstual dengan situasi bangsa kita yang baru saja melewati pesta akbar demokrasi, Pemilu serentak 2024 dan Pilkada Serentak yang akan diselenggarakan pada akhir tahun ini.

Peristiwa Paskah adalah momen memperingati kisah sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus yang kehadiran-Nya ditolak negara. Umat Kristiani dalam cahaya iman meyakini sebagai komitmen penebusan dosa bagi umat manusia. Teolog Jon Sobrino (2008) menegaskan, kehadiran Yesus dipandang sebagai ancaman bagi para penguasa dunia lantaran cara hidupnya yang korup, tidak adil, dan erat dengan penyelewengan.

Ini adalah konsekuensi logis dari cara hidup dan keberpihakan Allah bagi umatnya. Ia hadir untuk membebaskan umatnya dari praktek kolusi, nepotisme para penguasa serta perilaku korupsi.

Konsolidasi Demokrasi
Perayaan Paskah bisa kita refleksikan dalam konteks harapan yang besar kepada pemimpin bangsa yang terpilih agar bisa membawa kemajuan bagi bangsa ini. Momentum untuk merayakan demokrasi dengan damai dan bijaksana.

Damai sebagai wujud kematangan dan sikap terbuka untuk bersama-sama merawat demokrasi yang berkelanjutan. Bijaksana sebagai wujud keterbukaan dan sikap legowo untuk menerima hasil sebagai kepercayaan tertinggi dari rakyat secara sadar dan otonom dalam menentukan pilihannya.

Bahwa perhelatan politik selain membawa kegembiraan bagi pihak yang menang, di sisi lain menyisakan dampak negatif dan perpecahan sosial yang bisa berkepanjangan di masyarakat. Hal inilah yang harus menjadi refleksi dan menjadi pedoman untuk mengikat komitmen dan membangkitkan persatuan dan kesatuan bangsa melalui momen perayaan Paskah.

Pesta demokrasi sebagaimana perayaan Paskah, harus menjadi peristiwa iman yang mengikat bagi semua, harus jadi ajang kegembiraan bersama, dan harus jadi ruang untuk menyatukan perbedaan sebagai kunci kemajuan masa depan bangsa. Maka, komunikasi politik harus mampu membangun deliberasi humaniora yang menekankan pada kebenaran dan bertindak untuk kesejahteraan bersama.

Untuk itu, ditengah arus digitalisasi yang massif dengan beragam platform digital, bahasa politik harus steril terhadap hoaks, manipulasi informasi, aksi saling serang dan kebohongan publik. Bahasa politik adalah bahasa cinta pada sesama. Bahasa politik harus diekspresikan berpijak pada cahaya penuntun untuk bertindak secara etis. Konteks inilah yang akan memberi ruang bagi kita untuk terbangunnya solidaritas antar sesama.

Momentum untuk berefleksi menemukan semangat baru hidup berbangsa dan bernegara pasca Pemilu Serentak 2024 yang lebih damai dan berbela rasa. Kebangkitan-Nya membaharui setiap pribadi untuk berjalan bersama mewujudkan martabat demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sikap bijaksana menjadi kata kunci bagi kita untuk menyikapi perbedaan politik sebagai sesuatu yang wajar dan biasa. Hal ini perlu menjadi komitmen kebangsaan kita untuk mempromosikan informasi yang benar, semangat saling menghargai perbedaan pandangan dan pilihan serta rasa tanggung jawab bersama terhadap masa depan bangsa kita.

Hasil real count KPU telah diumumkan. Semua kita sudah tahu pemenang pemilu baik pilpres maupun pileg. Mendengar hasil tersebut, ada yang kecewa bahkan tidak menerima hasilnya serta terjadi penolakan. Khusus bagi pihak yang kalah, relawan dan tim suksesnya masing-masing. Proses gugatan di MK juga sedang berjalan. Sebaliknya, bagi pihak yang menang, menyambutnya dengan riang gembira, bangga dan lega karena proses yang melelahkan akhirnya menuai hasil yang diharapkan.

Bagi Amartya Sen, demokrasi adalah rekonsiliasi politik terpenting abad ke-20. Romo Magnis mempertegas, ‘’demokrasi bukan memilih yang terbaik tapi mencegah yang terburuk berkuasa’’. Melampaui perbedaan pilihan politik, sejatinya peradaban bangsa harus dibangun dengan semangat rekonsiliasi dan inisiatif konsolidasi.

Melalui Paskah, semoga semangat kebangkitan menjadi peristiwa iman yang hidup dalam partisipasi dan keterlibatan kita untuk menata dan mewujudkan demokrasi yang bermartabat dan inklusif. Terlepas dari kecewa karena kalah, gembira karena menang, melampaui itu, mari bangkitkan persatuan demi konsolidasi demokrasi yang berkeadaban.

Oleh: Jefri Gultom

Ketua Umum PP GMKI 2022-2024

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *