Atasi Konflik Papua, Arie Ruhyanto Tekankan Upaya Pendekatan yang Berbeda

Jakarta – Sekretaris Gugus Tugas Papua UGM, Dr. Arie Ruhyanto menyatakan penting menekankan refleksi ulang terhadap pendekatan pemerintah melalui K/L dalam penyelesaian konflik di Papua.

“Konflik Papua bukan hanya persoalan vertikal seperti separatisme dan isu kemerdekaan, namun juga isu horizontal seperti segregasi antar kelompok masyarakat dan kekerasan berbasis identitas antara orang Papua dan pendatang,” tegas Dr. Arie Ruhyanto, saat diskusi group di Jakarta, (11/10/2023).

Bacaan Lainnya

Sehingga, kata dia, diperlukan upaya pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi nilai-nilai perdamaian dan kebangsaan melalui Pendidikan formal dan informal melalui program Kerjasama K/L dengan Pemerintah Papua, Lembaga adat dan Lembaga Agama dalam bingkai tiga batu satu tungku.

Setelah itu, lanjut dia, mendorong upaya penegakan hukum terhadap peredaran senpi ilegal yang melibatkan oknum Aparat TNI/Polri, masyarakat maupun kelompok KKB.

“Aspek distribusi Pembangunan secara kontekstual memperhatikan karakteristik daerah dengan upaya penanganan masalah yang berbeda. Sebab yang dibutuhkan oleh Papua adalah pendekatan berbeda untuk memastikan distribusi kesejahteraan, kebutuhan dasar masyarakat dan keamanan tetap terjamin,” jelasnya.

Dalam konteks partisipasi di Papua, kata dia, dibutuhkan keterlibatan tokoh gaman, adat, Perempuan dan kelompok rentan agar terlibat dalam Pembangunan. khususnya Partisipasi OAP di sektor Pemerintahan baik itu ASN, Anggota DPRP dan MRP perlu di barengi dengan pemberdayaan dan penguatan karakter individu.

Di sisi Kelembagaan DPRP dan MRP diharapkan dapat berperan aktif menjalankan kebijakan Otsus, termasuk mendorong perluasan beasiswa afirmasi untuk memastikan generasi muda Papua mendapatkan Pendidikan lebih layak. Selain itu perlu mendorong pemberdayaan ekonomi bagi orang Papua dalam mengelola SDA lokal.

Sementara dari konteks identitas, perlu adanya proteksi bagi OAP dalam mengimplementasikan ruang budaya, hutan adat dan kelestarian alam sebagai sumber penghidupan, rekognisi identitas tradisional sebagai pengatur ruang hidup dan sumber kehidupan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *