Pertamina Pusat Diminta Bertanggung Jawab atas Kasus Belum Dibayarnya Sewa Tanah Milik Ahli Waris Simon Tudus

Jakarta – Kelompok massa mengatasnamakan Ahli Waris Simon Tudus kembali turun ke jalan menyambangi Kantor Pertamina Jalan Merdeka Timur Gambir Jakarta Pusat, Selasa (17/7/2018).

Mereka meminta Pertamina Pusat untuk ikut bertanggungjawab atas kasus belum dibayarnya sewa tanah milik ahli waris Simon Tudus oleh Pertamina Bitung Sulawesi Utara.

“Pertamina harus membayar sewa terlebih klausul dalam kurun waktu 15 tahun belakangan ini,” tegas Koordinator aksi Christye Bakary saat berorasi.

“Saya selaku ahli waris Simon Tudus, meminta Pertamina untuk segera membayarkan hak-hak keluarga kami karena sudah ada putusan incraht dari MA,” ucapnya.

Lebih lanjut, Chrsitye mengaku pihaknya sudah 4 kali berunjuk rasa di Bitung tetapi tidak ada tindakan maupun respon konkret yang diambil oleh Pertamina Bitung.

“Kami sangat kecewa karena tidak ada itikad baik dari Pertamina kepada ahli waris,” ujarnya lagi.

“Sekali lagi, kedatangan kami hanya minta hak tanpa menganggu siapapun. Harusnya Pertamina taat hukum jangan pura-pura tidak tahu dan bungkam atas kasus kami. Pertamina jangan umbar janji manis terus,” sesalnya.

Selain berorasi, para demonstran yang juga menyambangi Istana Negara itu juga membawa beberapa alat peraga berupa spanduk dan poster yang bertuliskan “Pertamina Bitung harus mengikuti amar putusan yang dimenangkan oleh ahli waris Simon Tudus sebagai BUMN yang wajib taat aturan, Meminta Presiden Jokowi agar mengusut tuntas permasalahan yang ada di Pertamina Bitung dan Meminta kepada Presiden Jokowi untuk mengganti Menteri BUMN karena tidak becus mengurus Kementerian yang di nauinginya salah satu yaitu Pertamina dan Meminta KPK dan POLRI agar mengusut tuntas permasalahan yang terjadi di Depot Pertamina Bitung”.

Sementara itu, Presidium Indonesia Study Center (ISC) Reza Malik mengaku ikutan terlibat aksi demo di Manado yang di hadiri kurang lebih sekitar 1000 orang dari berbagai kalangan yaitu mahasiswa se sulawesi utara,ahli waris dan juga LSM lainya.

Dia membeberkan bahwa aksi di Depot Bitung yang diwarnai berbagai kejadian itu nampak kejanggalan sehingga pihaknya terus melakukan perlawanan terhadap Pertamina. Maka itu, Reza menegaskan aksi kelima kali ini bukan saja aksi yang terakhir tetapi langkah awal melakukan perjuangan di Jakarta.

“Kami akan menggandeng kawan-kawan mahasiswa, LSM, OKP untuk melakukan konsolidasi hingga tetes darah penghabisan sampai perjuangan kami mendapatkan hasil,” jelasnya.

Reza menyakini aksi-aksi berikutnya akan menjadi bola salju yang bakal diikuti ribuan massa dari berbagai element. Masih kata dia, isu ini bakal terus menyebar menjadi isu nasional.

“Sebagai generasi muda kami akan terus mengawal kasus ini karena ini sudah menjadi tanggung jawab kita bersama, agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali di daerah-daerah lain. Kebenaran harus bongkar serta hukum harus berjalan adil,” kata dia.

Dia berharap kejadian ini mendapatkan perhatian khusus dari Presiden Jokowi lantaran keluarga Simon Tudus dalam keadaan terdzolimi. Tak hanya itu, dia menilai Pertamina tak mencerminkan Nawacita Jokowi yang selama ini dekat dengan rakyat kecil dan selalu membantu yang tertindas sambung aktivis vokal ini.

“Sudah ada surat perintah eksekusi Pengadilan Negeri Bitung Nomor 04/Pen.Pdt.Eks/2008/PN.Btg tertanggal 18 April 2018 tetapi sampai bulan Juni belum ada penyelesaiannya. Mungkinkah dibalik kasus ini ada orang besar yang terlibat sehingga menggunakan kekuatan besar juga untuk melawan rakyatnya,” bebernya.

“Masalah ini harus jadi PR bagi Jokowi, bila perlu copot Dirut Pertamina dan Menteri BUMN,” tandasnya.

 

Pos terkait